Informasi

Kalender Jawa September 2025: Lengkap dengan Weton, Neptu, Pasaran, dan Hari Penting

×

Kalender Jawa September 2025: Lengkap dengan Weton, Neptu, Pasaran, dan Hari Penting

Sebarkan artikel ini
kalender september 2025

Selain itu, banyak orang Jawa yang melihat bulan Mulud sebagai momen baik untuk introspeksi. Ada yang sengaja memulai tradisi baru, ada pula yang menjadikannya waktu untuk memperkuat hubungan sosial lewat doa bersama dan kenduri.

 

Mengapa Kalender Jawa Masih Relevan?

Banyak yang mungkin bertanya, di zaman modern ini kenapa kalender Jawa masih dipakai? Jawabannya sederhana: identitas budaya. Kalender Jawa bukan cuma hitungan waktu, tapi juga bagian dari kearifan lokal.

  • Adat & Tradisi: Weton masih dipakai untuk menentukan hari pernikahan, pindah rumah, hingga memulai bisnis.
  • Spiritualitas: Neptu dan wuku sering dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
  • Budaya: Kalender Jawa menghubungkan kehidupan modern dengan akar tradisi leluhur.
Baca Juga:  Kalender Jawa Bulan Agustus 2025: Weton Harian, Tanggal Hijriah, dan Libur Nasional

Meski sekarang orang lebih banyak mengandalkan kalender Masehi atau Hijriah, kalender Jawa tetap bertahan sebagai “panduan alternatif” yang sarat makna.

 

Kesimpulan

Kalender Jawa September 2025 berlangsung dari 8 Mulud 1959 hingga 7 Bakda Mulud 1959. Bulan ini ditandai dengan satu peringatan besar, yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW pada Jumat Kliwon, 5 September 2025.

Dengan segala tradisi dan makna di baliknya, kalender Jawa bukan sekadar penanda waktu, tapi juga warisan budaya yang menyatukan aspek spiritual, adat, dan kehidupan sosial masyarakat. Selama ratusan tahun, kalender ini terus bertahan, membuktikan bahwa kearifan lokal bisa hidup berdampingan dengan modernitas.

Baca Juga:  1 Agustus Memperingati Hari Apa? Ini 5 Momen Peringatan yang Diperingati Secara Global

Jadi, meski smartphone kamu sudah punya kalender digital lengkap, tidak ada salahnya sesekali melirik kalender Jawa. Siapa tahu bisa menemukan makna tambahan dalam keseharian lewat weton, pasaran, atau sekadar mengingat bahwa kita punya warisan budaya yang kaya dan unik.