Banyak pengendara masih percaya kalau mencampur bahan bakar kendaraan bisa bikin lebih irit atau mesin jadi lebih bertenaga. Misalnya, mencampur bensin dengan oktan tinggi dan rendah supaya terasa “pas”. Padahal, kenyataannya enggak sesederhana itu. Alih-alih bikin hemat, kebiasaan ini justru berisiko bikin mesin cepat rusak dan boros di jangka panjang.
Produsen otomotif seperti Astra Otoparts dan Suzuki Indonesia sudah menegaskan, bahan bakar yang dipakai harus sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Tujuannya jelas: supaya mesin awet, performa tetap optimal, dan biaya perawatan enggak membengkak. Nah, biar lebih paham, berikut 6 dampak buruk mencampur bahan bakar yang wajib dihindari.
1. Mesin Bisa Alami Knocking
Knocking adalah kondisi ketika pembakaran di ruang mesin enggak sempurna. Akibatnya mesin berbunyi kasar, tenaga berkurang, dan lama-lama usia mesin jadi lebih pendek. Ini sering terjadi kalau oktan bahan bakar yang dipakai tidak sesuai kebutuhan mesin.
2. Tarikan Jadi Lemot
Harapan awalnya sih pengin mesin lebih bertenaga. Nyatanya, mencampur bahan bakar bikin tarikan kendaraan berat dan akselerasi enggak responsif. Mesin bekerja enggak sesuai rasio kompresinya, jadi performa pun menurun.
3. Konsumsi BBM Malah Lebih Boros
Alih-alih irit, mencampur bahan bakar bikin mesin butuh lebih banyak bensin buat menghasilkan tenaga yang sama. Hasilnya, isi dompet bisa lebih cepat terkuras karena konsumsi bahan bakar meningkat.
4. Gas Buang Lebih Kotor
Campuran bahan bakar menghasilkan sisa pembakaran yang lebih banyak. Polusi udara naik, standar emisi kendaraan turun, dan lingkungan jadi kena dampaknya.
5. Komponen Mesin Cepat Aus
Residu sisa pembakaran bisa menumpuk di ruang bakar, busi, hingga injektor. Kalau dibiarkan, kerusakan makin parah dan biaya perbaikannya bisa bikin kantong jebol.