Tahu, makanan sederhana yang terbuat dari kedelai, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, tahu bukan sekadar makanan, melainkan simbol budaya, tradisi, dan kearifan lokal. Dari warung sederhana hingga restoran mewah, tahu hadir dalam berbagai bentuk dan rasa, mewarnai meja makan masyarakat Indonesia. Artikel ini akan mengajak Anda menjelajahi dunia tahu, dari sejarahnya yang panjang hingga ragam olahannya yang memikat.
Sejarah Tahu: Perjalanan Panjang dari Tiongkok
Tahu, yang dalam bahasa Mandarin disebut “dòufu” (豆腐), diperkirakan berasal dari Tiongkok pada abad ke-2 SM. Legenda mengatakan bahwa seorang juru masak kerajaan secara tidak sengaja menemukan tahu saat mencoba membuat air garam dari susu kedelai. Ia mendapati endapan putih yang lembut di dasar wadah, dan penemuan inilah yang menjadi cikal bakal tahu.
Meskipun legenda tersebut sulit dibuktikan, bukti arkeologis menunjukkan bahwa tahu telah ada di Tiongkok sejak Dinasti Han (206 SM – 220 M). Pada masa itu, tahu dianggap sebagai makanan sederhana untuk kaum miskin. Namun, seiring berjalannya waktu, tahu semakin populer dan digemari oleh berbagai kalangan.
Tahu Merambah Dunia: Perjalanan Kuliner yang Menakjubkan
Dari Tiongkok, tahu menyebar ke berbagai negara di Asia Timur, termasuk Jepang, Korea, dan Vietnam. Di setiap negara, tahu mengalami adaptasi dan modifikasi, menghasilkan beragam jenis dan olahan yang unik.
Di Jepang, tahu dikenal sebagai “tōfu” dan menjadi bahan utama dalam berbagai masakan, seperti “mapo dōfu” (tahu pedas) dan “age dōfu” (tahu goreng). Di Korea, tahu dikenal sebagai “dububu” dan sering disajikan dalam sup pedas “sundubu jjigae” atau sebagai salad “dububu muchim”. Sementara di Vietnam, tahu dikenal sebagai “dòu phụ” dan menjadi bahan utama dalam hidangan seperti “bún chả” (mie dengan daging babi cincang) dan “gỏi cuốn” (lumpia segar).