Malam 1 Suro atau 1 Muharram dalam penanggalan Hijriyah memiliki makna sakral, khususnya di Jawa. Momen ini digunakan untuk introspeksi diri, pembersihan spiritual, serta memohon berkah dan keselamatan. Berikut 12 ritual khas dari berbagai daerah yang tetap dipraktikkan secara turun-temurun.
1. Siraman Rohani
Menggunakan air bunga tujuh rupa sebagai simbol pemurnian jiwa dan raga. Air ini dipercaya mampu mengusir aura negatif, dilakukan oleh sesepuh atau tokoh spiritual.
2. Ngalap Berkah di Makam Wali
Ziarah ke makam tokoh suci seperti Sunan Kalijaga (Demak) dan raja Mataram (Imogiri) untuk mengambil doa dan keberkahan, bukan sebagai bentuk pemujaan.
3. Tapa Bisu di Keraton
Berjalan tanpa bicara di sekitar keraton (Yogyakarta atau Surakarta) sambil menghindari makan dan bicara, sebagai bentuk pembersihan energi negatif dan introspeksi.
4. Jamasan Pusaka
Memandikan keris, tombak, dan pusaka lainnya secara fisik dan spiritual untuk menjaga aura dan simbolisme kekuasaan serta spiritual.
5. Kenduri atau Selamatan
Berkumpul bersama untuk membaca tahlil dan menyantap hidangan tumpeng, sebagai bentuk gotong royong dan doa bersama di penghujung tahun Hijriyah.
6. Laku Tirakat
Melakukan puasa, menyepi, atau semedi untuk memperkuat ketenangan batin dan memohon keselamatan serta keberkahan secara mendalam.
7. Mengganti Air Gentong Pusaka
Di Banyumas dan Cirebon, air dari gentong pusaka diganti saat malam Suro untuk mengusir energi buruk dan mendatangkan kesembuhan.
8. Kirab Budaya
Prosesi pawai pusaka dan simbol tradisional (termasuk kerbau Kyai Slamet di Solo), sebagai representasi hubungan manusia dengan alam dan leluhur.
9. Menyepi di Tempat Keramat
Semedi di tempat sakral seperti gua atau gunung (Gunung Lawu, Gua Langse) untuk mencari petunjuk gaib dan ketenangan batin.